Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘poor’

Seringkali kita diperhadapkan pada situasi: ada orang yang tidak kita kenal yang meminta pertolongan kita. Contoh sehari-hari adalah para pengamen dan pengemis yang meminta-minta sedekah di lampu merah. Saya termasuk dari golongan yang mengatakan “Jangan memberi ikan, lebih baik memberi kail”. Karena dengan memberi sedekah kepada orang-orang tersebut, kita akan membenarkan tindakan mereka tersebut, dan membuat mereka makin malas… Hhmm apakah itu hanya pembenaran yang kita cari-cari ?

Tapi saya juga termasuk dalam golongan yang tidak memberi kail kepada mereka. Saya tidak mau memberi ikan, tapi ternyata juga tidak memberi kail.. Huh, tragis bukan ?? Kembali mencari pembenaran.. Bagaimana mau memberi kail, kan tidak ada waktu.. hal itu sering dijadikan alasan. Melalui yayasan ? Ah, apakah mereka benar menyalurkannya ? Karena banyak selentingan berita yang mengabarkan bahwa organisasi-organisasi kemanusiaan tersebut seringkali menghambur-hamburkan dana yang mereka dapat untuk kegiatan operasional mereka secara mewah.. Ah lagi2 mencari pembenaran.

Saya cukup kagum dengan salah satu keluarga (yang masih ada hubungan keluarga dengan istri saya). Mereka tinggal di Bali, dan saat kami berjalan-jalan ke pasar Badung untuk membeli oleh2 salak bali, saya terkejut karena hampir semua pedagang di pasar mengenal saudara saya ini. Dan ternyata, beliau ini mengambil anak-anak pasar sebagai anak asuhnya. Mereka disediakan baju, sepatu, tas dan perlengkapan lainnya. Bahkan mereka disiapkan makanan setiap harinya, dibawakan ke pasar untuk dibagikan ke anak-anak pasar. Tiap minggu, beliau membuka rumahnya untuk menampung anak-anak pasar. Disediakan guru (diambil dari sekolah internasional), untuk memberikan pendidikan kepada mereka. Anak-anak pasar tersebut bebas bermain di rumah beliau, makanan & minuman disediakan, dan bebas untuk dikonsumsi siapa saja yang datang kesana.

Saat di pasar, kami sempat bertemu dengan beberapa anak asuhnya. Mereka terlihat sangat akrab dan manja dengan saudara saya ini, dan memanggilnya dengan panggilan “bunda”. Lalu anak-anak ini membawakan barang belanjaan kami untuk dipanggul, karena mereka bekerja sebagai ‘pembawa belanjaan’.

Saat kami ke pantai Sanur, saya terkejut lagi karena saudara saya ini memberikan beberapa ratus ribu kepada pedagang di pantai itu. “Sudah lama tidak bertemu, dulu saya sering memberikan bantuan kepada ibu itu”, demikian kata saudara saya.

What ?? Saya berfikir dan coba beragumen sendiri, apakah mungkin orang-orang tersebut hanya memanfaatkan kebaikan hati dari saudara saya ini ? Apakah dia sudah memberikan ‘kail’ yang benar ? Hhmm, mungkin lagi-lagi itu hanya pembenaran dari saya sendiri agar tidak perlu repot-repot melakukan hal itu. Tidak memberi ikan dan juga tidak memberi kail… Sungguh egois ya.

Apakah perlu menjadi orang kaya dulu ? Hmm, kalau saya lihat, saudara saya tersebut pun tidak terlalu kaya. Masih banyak orang-orang yang lebih kaya yang saya kenal, yang mobilnya lebih banyak dan rumahnya lebih besar, tapi juga tidak melakukan tindakan untuk memperhatikan sesama.

Saya pernah mendengar mengenai organisasi Tzu Chi yang sukses mendirikan rumah susun di Kapuk Muara. Menurut saya, itu adalah cara yang baik. Setahu saya, mereka memberikan fasilitas rumah, pendidikan dan sebagainya kepada rakyat miskin, tapi penghuni diwajibkan untuk mematuhi tata tertib. Jadi mereka dipaksa untuk menjaga kebersihan, ketertiban. Kalau melanggar mereka harus keluar. Mereka tetap harus membayar sewa, tapi ada program pelatihan. Para penghuni diajarkan untuk menjadi orang yang produktif, sehingga  dapat menghidupi biaya kehidupan mereka sendiri, bukan hanya menunggu sedekah saja. Andaikan ini dibuat dalam skala yang lebih besar (nasional), maka kemiskinan di Indonesia perlahan-lahan pasti dapat dikikis.

Memang kalau kita menolong penuh dengan pamrih, akan banyak sekali pertimbangan-pertimbangan yang pada akhirnya akan membuat kita membatalkan tindakan kita. Jadi jangan pikir panjang, bantulah semampu kita, tanpa pamrih apapun, tidak perlu menunggu kita siap, karena tidak akan pernah ada kondisi ‘siap’ itu..

Selamat menolong…

update per 2011: Saat saya berlibur lagi ke Bali, ternyata saudara saya ini sudah semakin diberkati melalui usaha anak2nya. Rumahnya di Bali sangat besar, mewah dan dilengkapi dengan kolam renang. Dan beliau masih terus membantu orang2 yang tidak mampu dan kaum manula…
GBUA

Read Full Post »